Sabtu, 06 Juni 2020

Dunia Tulis Menulis Tak Kenal Batas Usia

Mendengar kata menulis terkadang ada orang  yang merasa terlambat karena merasa sudah tidak muda lagi. Mereka menganggap dunia tulis menulis itu hanya khusus untuk kaum muda-muda saja. Padahal anggapan seperti itu tidak benar. Ada banyak penulis  yang sudah terkenal yang memulai menulisnya diusia tidak muda lagi. Salah satu contoh penulis di Indonesia yaitu Sri Sugiastuti. Wanita energik yang lahir tahun 1961 ini mulai menulis ketika usianya jelang setengah abad.

Tahun 2010 jadi tahun keberuntungannya ketika dua bukunya bisa terbit. Buku SPM Ujian Nasional Bahasa Inggris untuk SMK penerbit Erlangga dan Antologi Diary ketika Buah Hati Sakit. Selanjutnya  puluhan buku lahir darinya.  Ide-ide brilian telah mengisi buku-buku tersebut. Dari jenis buku novel, motivasi sampai jenis buku parenting telah ia tulis. Sebagian besar bukunya diterbitkan oleh penerbit yang ternama di Indonesia.

Menurutnya, dari menulis buku pertama tingkat nasional  maka lahirlah kepuasan batin dan ingin selalu menulis lagi. Selain itu, kita juga dapat menikmati royalti yang banyak dari buku yang diterbitkan. Bahkan buku pertamanya menjadi buku wajib untuk pengadaan disetiap sekolah di seluruh Indonesia. Berproses, berbekal usaha, dan selalu mengupgrade diri itulah prinsip yang akhirnya ia bisa menulis buku yang berkualitas.

Karier menulis berawal dari kuliah S2 tahun 2007. Ia harus berkenalan dengan internet, medsos, dan banyak membaca buku. Akhirnya ia tertarik pada salah satu buku yang berjudul Menulis Itu Gampang. Dari membaca buku tersebut, akhirnya lahirlah motivasi untuk menulis.

Pengalaman sebagai penulis pemula yaitu dengan berbekal apa yang ada di pikiran dan hati ditulis saja. Akhirnya dengan kesabaran, tulisan-tulisan itu bisa diterbitkan secara indi dengan menggunakan identitas nama pena. Buku setebal 418 halaman tersebut berisi  kisah nyata yang dialami ibunya ketika masih remaja sampai bisa bertemu dengan ayahnya dan kisah pengalaman hidup Sri sampai usia  50 tahun.

Sri Sugiastuti juga sering menulis berbagai jenis antologi dari banyak komunitas cinta literasi yaitu kompasiana, blogger atau komunitas lain. Untuk tulisan di antologi, ia sudah menulis sekitar 25 buku. Menurutnya ada keuntungan dari menulis antologi yaitu dapat belajar dari jenis tulisan teman-teman dan akan mengetahui ciri khas tulisan kita sendiri.

Jadi menulis buku tidaklah mengenal batas usia. Siapa yang mau berusaha pasti akan ada jalan kemudahan untuk melahirkan buku yang berkualitas. Mari mulailah menulis apa yang ada di hati dan pikiran kita. ***

 

                                                *by esti sukapsih*

 

 


10 komentar:

  1. Alhamdulillah,di dunia maya kita bisa jadi siapa saja dan apa saja khusus dunia menulis kita bisa bebas berkreasi dengan imajinasi dan kreativitas yang tinggi untuk meraih cita-cita menerbitkan buku terimakasih

    BalasHapus
  2. betul bu..tidak ada kata terlambat untuk mulai berkarya

    BalasHapus
  3. Setuju dengan pendapat ibu Esti, memang menulis itu tidak mengenal batas usia, asalkan ada kemauan yang kuat pasti bisa. Semoga saya juga bisa belajar dari kisah Ibu Sri Sugiastuti dan bisa mengikuti jejak beliau.

    BalasHapus
  4. Saya juga terlambat bu ...ttp semangat untuk selalu belajar dan menulis ..semoga kita semua bisa mengikuti jejak para inspirator tangguh dan smart

    BalasHapus
  5. Siapa yang mau berusaha pasti akan ada jalan kemudahan untuk melahirkan buku yang berkualitas
    Setuju sekaliiii buk. Semangat belajar menulis dan belajar menerbitkan buku ya buk. Eh saya juga harus semangat belajar 😗

    BalasHapus