Mendengar kata
menulis terkadang ada orang yang merasa
terlambat karena merasa sudah tidak muda lagi. Mereka menganggap dunia tulis
menulis itu hanya khusus untuk kaum muda-muda saja. Padahal anggapan seperti
itu tidak benar. Ada banyak penulis yang
sudah terkenal yang memulai menulisnya diusia tidak muda lagi. Salah satu contoh
penulis di Indonesia yaitu Sri Sugiastuti. Wanita energik yang lahir tahun 1961
ini mulai menulis ketika usianya jelang setengah abad.
Tahun 2010 jadi
tahun keberuntungannya ketika dua bukunya bisa terbit. Buku SPM Ujian
Nasional Bahasa Inggris untuk SMK penerbit Erlangga dan Antologi Diary
ketika Buah Hati Sakit. Selanjutnya puluhan buku lahir darinya. Ide-ide brilian telah mengisi buku-buku
tersebut. Dari jenis buku novel, motivasi sampai jenis buku parenting telah ia tulis.
Sebagian besar bukunya diterbitkan oleh penerbit yang ternama di Indonesia.
Menurutnya, dari
menulis buku pertama tingkat nasional maka
lahirlah kepuasan batin dan ingin selalu menulis lagi. Selain itu, kita juga
dapat menikmati royalti yang banyak dari buku yang diterbitkan. Bahkan buku pertamanya
menjadi buku wajib untuk pengadaan disetiap sekolah di seluruh Indonesia. Berproses,
berbekal usaha, dan selalu mengupgrade diri itulah prinsip yang akhirnya ia bisa
menulis buku yang berkualitas.
Karier menulis berawal
dari kuliah S2 tahun 2007. Ia harus berkenalan dengan internet, medsos, dan banyak
membaca buku. Akhirnya ia tertarik pada salah satu buku yang berjudul Menulis
Itu Gampang. Dari membaca buku tersebut, akhirnya lahirlah motivasi untuk
menulis.
Pengalaman sebagai
penulis pemula yaitu dengan berbekal apa yang ada di pikiran dan hati ditulis
saja. Akhirnya dengan kesabaran, tulisan-tulisan itu bisa diterbitkan secara
indi dengan menggunakan identitas nama pena. Buku setebal 418 halaman tersebut berisi
kisah nyata yang dialami ibunya ketika masih
remaja sampai bisa bertemu dengan ayahnya dan kisah pengalaman hidup Sri sampai
usia 50 tahun.
Sri Sugiastuti
juga sering menulis berbagai jenis antologi dari banyak komunitas cinta literasi
yaitu kompasiana, blogger atau komunitas lain. Untuk tulisan di antologi, ia
sudah menulis sekitar 25 buku. Menurutnya ada keuntungan dari menulis antologi yaitu
dapat belajar dari jenis tulisan teman-teman dan akan mengetahui ciri khas
tulisan kita sendiri.
Jadi menulis
buku tidaklah mengenal batas usia. Siapa yang mau berusaha pasti akan ada jalan
kemudahan untuk melahirkan buku yang berkualitas. Mari mulailah menulis apa
yang ada di hati dan pikiran kita. ***
*by
esti sukapsih*
Alhamdulillah,di dunia maya kita bisa jadi siapa saja dan apa saja khusus dunia menulis kita bisa bebas berkreasi dengan imajinasi dan kreativitas yang tinggi untuk meraih cita-cita menerbitkan buku terimakasih
BalasHapusTerimakasih, atas kunjungannya
Hapusbetul bu..tidak ada kata terlambat untuk mulai berkarya
BalasHapusTerimakasih, atas kunjungannya
HapusSetuju dengan pendapat ibu Esti, memang menulis itu tidak mengenal batas usia, asalkan ada kemauan yang kuat pasti bisa. Semoga saya juga bisa belajar dari kisah Ibu Sri Sugiastuti dan bisa mengikuti jejak beliau.
BalasHapusTerimaksih, atas kunjungannya
HapusSaya juga terlambat bu ...ttp semangat untuk selalu belajar dan menulis ..semoga kita semua bisa mengikuti jejak para inspirator tangguh dan smart
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya
HapusSiapa yang mau berusaha pasti akan ada jalan kemudahan untuk melahirkan buku yang berkualitas
BalasHapusSetuju sekaliiii buk. Semangat belajar menulis dan belajar menerbitkan buku ya buk. Eh saya juga harus semangat belajar 😗
Terimakasih atas kunjungannya
BalasHapus