Pelatihan menulis bersama Om Jay ke 16, Senin 6 Juli 2020 yaitu Serba-Serbi
Penerbitan Buku di Era Pandemi dengan menghadirkan narasumber Edi S. Mulyana,
S.Si.,M.T. selaku Manager Penerbit Andy Offset Yogyakarta.
Penerbitan di masa pandemi Covid 19
Dunia penerbitan saat ini menghadapi sesuatu permasalahan akibat dari
pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya. Pandemi ini betul-betul
meluluhlantahkan semua bisnis. Meskipun tidak semuanya terdampak, akan tetapi
dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan.
Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang
tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Di dunia bisnis, nomor satu yang
dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung
nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan. Outlet
utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari
bisnis ini, sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas.
Pada bulan Januari - Februari 2020 omzet toko buku masih sangat normal dan
tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Akan tetapi,
setelah Presiden Jokowi mengumumkan
masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai,
dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini
kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi lima,
mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu satu.
Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu sambil melihat
keadaan.
Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku
andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop,
artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop
menjadikan omzet terjun bebas berkisar 80-90% penurunannya.
Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga
mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi
buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit
menanti bersemi di Toko Buku.
Trik penerbit di era new normal
Setelah tiga bulan parkir di Pitstop, tampaknya secercah harapan
muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberapa daerah telah
memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak.
Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah
melaju kembali atau hanya menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti.
Di bulan Juni-juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku
telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia,
berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New
Normal.
Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti dua
bulan hingga tiga bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak
penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk
memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan.
Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar,
tentunya akan semakin terpuruk. Adapun langkah-langkah yang dilakukan penerbit
Andy offset di era new normal sebagai berikut.
1.
Memetakan buku-buku yang masih dapat dikembangkan
saat keadaan chaos.
2.
Mengidentifikasi tema buku. Pentingnya mengup
date tema-tema yang berhubungan dengan virus corona, sehingga dengan cepat
mendapatkan bahan-bahan buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat. Kesiapan
penulis, dalam menuliskan materi sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri,
mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah.
3.
Data base penulis yang cukup baik. Pentingnya data base
penulis untuk mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini dan
dengan cepat meramu materi, kemudian dilaunch dan beruntung mendapatkan
sambutan yang baik.
4.
Mempertahankan produksi buku-buku pendidikan. Buku
ini tidak lekang oleh keadaan apapun sehingga produksi buku pendidikan
mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
5.
Melakukan keputusan-keputusan yang strategik. Mengingat
ketidakpastian yang sangat besar untuk memproduksi buku maka memarkirkan
mesin-mesin hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi. Otomatis tenaga
kerja yang menggerakkannya dikurangi jam kerjanya meskipun tidak begitu drastis.
Hikmah masa pandemi bagi penulis
Masa pandemi banyak hikmah yang didapat oleh penulis. Penulis harus selalu
siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya.
Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga
penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu.
Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu
berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang
dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada
distorsi makna yang sampai ke pembacanya.
Media WA yang dikelola Om Jay ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus
sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapan apa yang kita
pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi oleh pembaca tulisan
kita.
Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar
menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang
mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan
secara rekursif (looping) berkali-kalai sehingga kita akan semakin lihai
dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.
Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis.
Blog adalah jalur yang sangat bagus untuk bapak ibu mulai menulis, karena di
dalam blog tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang
bapak ibu tawarkan.
Penerbit akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan kita, sehingga
kemurnian keputusannya didasarkan oleh bisnis semata. Sehingga terkadang
tulisan kita yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business
process nya saja, bukan writing process.
Dengan sudut pandang ini, kita perlu sedikit berempati kepada penerbit yang
merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah,
mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan
oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya
dipampang di toko buku di rak best seller.
Menurut pengalaman, penerbit Andy Offet pernah melakukan perencanaan matang
untuk membuat buku yang best seller. Memilih tema yang luar biasa berbobot,
penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Push
pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi, hasilnya cukup mengecewakan.
Rahasia penerbitan buku, bahwa tidak
ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku
yang blessing.
Contoh Buku Laskar Pelangi. Saat awal terbit, penulis tidak menyangka akan
meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan dan meledak karena kekuatan
word of mouth, alias dari mulit-kemulut dari komunitas satu ke komunitas
lain. Dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka
yaitu Muktamar Muhammadiyah dan terjadilah ledakan viral menjadikan buku
tersebut best seller. Tidak ada
desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.
Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah
wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat dikatakan pejuang literasi yang
puritan seperti Om Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya
penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit.
Akan tetapi, tetap berkarya menghasilkan tulisan yang khas atau punya karakter
sendiri sehingga akan selalu ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit.
Tips Sukses Menerbitkan Buku
1.
Mulailah menulis dengan tema yang disukai dan
betul-betul dikuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan
sebarkan di lingkungan teman.
2.
Jika sudah Percaya Diri, buatlah proposal ke
penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit.
Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan
tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan,
dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Dapat sedikit
"Ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan kita. Penerbit
bukan maha tahu. Penerbit didasarkan pada data historis penjualan. Jadi
penerbit itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani
dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam di datanya.
Sehingga proposal ini sangat perlu perhatian.
Untuk menyadarkan penerbit akan tema yang angkat dalam tulisan kita.
3.
Tulislah rencana penulisan, dengan target market
yang dituju, tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat
berbeda dengan era normal sebelumnya.
4.
Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke
media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang
jumlahnya. Ke depan media-media selain
buku akan semakin banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan
baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.
Akhirnya kita tetap mendokumentasikan pencarian keilmuan. Dengan
dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita bahkan
mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu kita akan menjadi Immortal tidak
lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang menjadikan legacy ke anak
cucu kita. Dokumentasikan dalam bentuk buku sehingga akan kami kirimkan ke
Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak
cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkan
dokumentasi kita dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.
Bagaimana menerbitkan buku di Andy Offset ?
1. Ajukan proposal. Proposal isinya adalah: Judul
Buku, Outline Rencana Buku dalam bantuk bab dan sub bab, Sinopsis Buku, CV Penulis.
Sertakan pula sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab, sehingga memudahkan
bagian editorial memerkirakan kemampuan editing mandiri penulisnya.
2. Adanya proses review
selama satu bulan, proses editing selama satu bulan, proses praproduksi layout
cover adalah satu bulan, proses produksi selama satu bulan. Penulis
menyerahkan dalam bentuk file Word, tidak perlu membuat cover karena cover akan
dibuat oleh team desain penerbit
3. Konten buku bebas,
artinya bisa fiksi, non fiksi atau buku umum. Menerbitkan modul pembelajaran
sesuai persyaratan kurikulum
4. Ukuran Kertas yang digunakan
yaitu ukuran Unesco 16x23 cm, jumlah halaman 125-200 halaman
5. Royalti sebesar 10% dari harga
jual, yang akan dibayarkan setiap 6 bulan
6. Penerbit merespon proposal
yang diterima saja sedangkan untuk yang tidak diterima biasanya tidak direspon
(3 bulan dead line). Ke depan dengan menggunakan apps. dialog bisa terjadi
sehingga memungkinkan untuk mengubah alur proposal sehingga bisa lanjut ke
proses penulisan.
8. Perbulan penerbit Andy menerima
naskah 150-300 judul, biasanya dipilih hanya 10-15 persen dari naskah masuk
untuk bisa terbit. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya
apapun.
Dunia tulis menulis tidak akan mati. Terus berkarya bagaimanapun keadaannya
karena di luar sana masih banyak pembaca yang menginginkan relung keinginantahuannya
dari tulisan kita. Teruslah berkarya, berkarya dan berkarya. ***
*resume by esti
sukapsih*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar