Senin, 13 Juli 2020

Serba-Serbi Penerbitan Buku di Era Pandemi


Pelatihan menulis bersama Om Jay ke 16, Senin 6 Juli 2020 yaitu Serba-Serbi Penerbitan Buku di Era Pandemi dengan menghadirkan narasumber Edi S. Mulyana, S.Si.,M.T. selaku Manager Penerbit Andy Offset Yogyakarta.

Penerbitan di masa pandemi Covid 19

Dunia penerbitan saat ini menghadapi sesuatu permasalahan akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya. Pandemi ini betul-betul meluluhlantahkan semua bisnis. Meskipun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan.

Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Di dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan. Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari bisnis ini, sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas.

 

Pada bulan Januari - Februari 2020 omzet toko buku masih sangat normal dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Akan tetapi, setelah Presiden  Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi lima, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu satu. Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu sambil melihat keadaan.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas berkisar 80-90% penurunannya.

Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Trik penerbit di era new normal

Setelah tiga bulan parkir di Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberapa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak.

Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali atau hanya menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti. Di bulan Juni-juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal.

Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti dua bulan hingga tiga bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan.

Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Adapun langkah-langkah yang dilakukan penerbit Andy offset di era new normal sebagai berikut.

1.    Memetakan buku-buku yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos.

2.    Mengidentifikasi tema buku. Pentingnya mengup date tema-tema yang berhubungan dengan virus corona, sehingga dengan cepat mendapatkan bahan-bahan buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat. Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah.

3.    Data base penulis yang cukup baik. Pentingnya data base penulis untuk mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini dan dengan cepat meramu materi, kemudian dilaunch dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.

4.    Mempertahankan produksi buku-buku pendidikan. Buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun sehingga produksi buku pendidikan mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

5.    Melakukan keputusan-keputusan yang strategik. Mengingat ketidakpastian yang sangat besar untuk memproduksi buku maka memarkirkan mesin-mesin hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi. Otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya dikurangi jam kerjanya meskipun tidak begitu drastis.

Hikmah masa pandemi bagi penulis

Masa pandemi banyak hikmah yang didapat oleh penulis. Penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu.

Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke pembacanya.

Media WA yang dikelola Om Jay ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita.

Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kalai sehingga kita akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.

Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang sangat bagus untuk bapak ibu mulai menulis, karena di dalam blog tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang bapak ibu tawarkan.

Penerbit akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan kita, sehingga kemurnian keputusannya didasarkan oleh bisnis semata. Sehingga terkadang tulisan kita yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business process nya saja, bukan writing process.

Dengan sudut pandang ini, kita perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak best seller.

Menurut pengalaman, penerbit Andy Offet pernah melakukan perencanaan matang untuk membuat buku yang best seller. Memilih tema yang luar biasa berbobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Push pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi, hasilnya cukup mengecewakan.

Rahasia penerbitan buku, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing.

Contoh Buku Laskar Pelangi. Saat awal terbit, penulis tidak menyangka akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan dan meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulit-kemulut dari komunitas satu ke komunitas lain. Dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah dan terjadilah ledakan viral menjadikan buku tersebut best seller.  Tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat dikatakan pejuang literasi yang puritan seperti Om Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi, tetap berkarya menghasilkan tulisan yang khas atau punya karakter sendiri sehingga akan selalu ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit.

Tips Sukses Menerbitkan Buku

1.    Mulailah menulis dengan tema yang disukai dan betul-betul dikuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman.

2.    Jika sudah Percaya Diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Dapat sedikit "Ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan kita. Penerbit bukan maha tahu. Penerbit didasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang berlum terekam di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu perhatian.  Untuk menyadarkan penerbit akan tema yang angkat dalam tulisan kita.

3.    Tulislah rencana penulisan, dengan target market yang dituju, tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya.

4.    Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semakin banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Akhirnya kita tetap mendokumentasikan pencarian keilmuan. Dengan dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita bahkan mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu kita akan menjadi Immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu kita. Dokumentasikan dalam bentuk buku sehingga akan kami kirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkan dokumentasi kita dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.

Bagaimana menerbitkan buku di Andy Offset ?

1.  Ajukan proposal. Proposal isinya adalah: Judul Buku, Outline Rencana Buku dalam bantuk bab dan sub bab, Sinopsis Buku, CV Penulis. Sertakan pula sampel bab yang sudah ditulis minimal 1 bab, sehingga memudahkan bagian editorial memerkirakan kemampuan editing mandiri penulisnya.

2. Adanya proses review selama satu bulan, proses editing selama satu bulan, proses praproduksi layout cover adalah satu bulan, proses produksi selama satu bulan. Penulis menyerahkan dalam bentuk file Word, tidak perlu membuat cover karena cover akan dibuat oleh team desain penerbit

3. Konten buku bebas, artinya bisa fiksi, non fiksi atau buku umum. Menerbitkan modul pembelajaran sesuai persyaratan kurikulum

4.  Ukuran Kertas yang digunakan yaitu ukuran Unesco 16x23 cm, jumlah halaman 125-200 halaman

5.  Royalti sebesar 10% dari harga jual, yang akan dibayarkan setiap 6 bulan

6. Penerbit merespon proposal yang diterima saja sedangkan untuk yang tidak diterima biasanya tidak direspon (3 bulan dead line). Ke depan dengan menggunakan apps. dialog bisa terjadi sehingga memungkinkan untuk mengubah alur proposal sehingga bisa lanjut ke proses penulisan.

8. Perbulan penerbit Andy menerima naskah 150-300 judul, biasanya dipilih hanya 10-15 persen dari naskah masuk untuk bisa terbit. Pembiayaan ada di penerbit, penulis tidak mengeluarkan biaya apapun.

Dunia tulis menulis tidak akan mati. Terus berkarya bagaimanapun keadaannya karena di luar sana masih banyak pembaca yang menginginkan relung keinginantahuannya dari tulisan kita. Teruslah berkarya, berkarya dan berkarya. ***

               

                *resume by esti sukapsih*

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar